HEMATOLOGI
HEMATOLOGI
A. Pengertian
Hematologi ilmu kesehatan yang mempelajari tentang darah dan gangguan darah yang
terjadi. Hematologi berhubungan dengan haemostatis penghentian
kehilangan darah dari pembuluh darah yang rusak. Jika haemostatis rendah
mengakibatkan pendarahan, jika haemostatis darah tinggih mengakibatkan thrombus
dan emboli.
B.
Mekanisme pembekuan darah
Proses
pembekuan darah melibatkan sel trombosit atau keping darah. Trombosit yang
pecah akan mengeluarkan trombokinase. Pembekuan darah dibantu juga oleh
protrombin dan fibrinogen di plasma darah. Ketiga komponen tersebut yang
nantinya dapat menyebabkan proses pembekuan darah.
C.
Kelainan Darah
1.
Trombosis
Trombosis adalah pembentukan pembekuan darah
yang tidak diharapkan di pembuluh darah.
2.
Pendarahan
3.
Anemia
D.
Obat-obat berkenaan kelainan hematologi
1.
Antipletelet
Mekanisme: Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi
platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri,
dimana antikoagulan kurang dapat berperan.
a.
Aspirin
Dosis awal asetosal (325 mg),
dosis pemeliharaan asetosal 75-100 mg per hari.
b.
Dipiridamol
Indikasi:
sebagai
tambahan antikoagulan oral untuk tujuan profilaksis tromboembolisme pada katup
jantung prostetik.
Peringatan:
angina
yang memburuk dengan cepat, stenosis, aorta infark miokard yang baru terjadi;
gagal jantung; dapat menyebabkan eksaserbasi migren; hipotensi; miastenia
gravis; menyusui.
Efek Samping:
efek saluran cerna, pusing, mialgia, sakit kepala berdenyut,
hipotensi, muka merah dan panas, takikardi; penyakit jantung koroner memburuk,
reaksi hipersensitifitas (ruam kulit, urtikaria), bronkospasma dan angioedema
berat; pendarahan meningkat selama dan setelah pembedahan; trombositopenia.
Dosis:
oral,
300-600 mg sehari dalam 3-4 dosis terbagi sebelum makan
c.
Tiklopidine
Indikasi:
mengurangi risiko terjadinya stroke dan stroke kambuhan pada
pasien yang pernah mengalami stroke tromboemboli, stroke iskemik, minor
stroke, reversible ischemic neurological deficit (RIND), transient ischemic attack (TIA) termasuk transient monocular blindness (TMB); Pencegahan
kejadian mayor ischemic accident, terutama pada koroner, pada
pasien dengan arteri kronis dari anggota tubuh bagian bawah pada tahap intermitten claudication; pencegahan dan perbaikan
kerusakan fungsi platelet karena misalnya hemodialisis berulang; pencegahan
oklusi subakut yang diikuti implantasi STENT koroner.
Peringatan:
Efek
samping hematologi dan hemoragik dapat terjadi, bisa berat dan bahkan fatal,
sehingga pasien harus selalu dimonitor. Kejadian ini dapat berhubungan dengan
kurangnya monitoring, diagnosis yang terlambat dan tidak tepatnya pengukuran
terapetik efek samping yang terjadi. Pemberian bersamaan dengan antikoagulan
atau antiplatelet lain seperti asetosal dan AINS. Pada kasus pemasangan STENT,
tiklopidin harus dikombinasikan dengan asetosal (100-325 mg/hari) selama 1
bulan setelah implantasi. Jumlah platelet harus diketahui pada awal pengobatan
dan setiap 2 minggu untuk 3 bulan pertama terapi, dan setiap 15 hari setelah
pengobatan. Pengobatan harus dihentikan pada kejadian neutropenia (<1.500
neutrofil/mm3) atau trombositopenia (<100.000 platelet/mm3), dan jumlah
platelet harus dimonitor sampai kembali normal.
Interaksi:
kombinasi
yang dapat meningkatkan risiko perdarahan: AINS, antiplatelet, derivat asam
salisilat, antikoagulan oral, heparin; kombinasi yang memerlukan perhatian:
digoksin, fenobarbital, fenitoin.
Kontraindikasi:
diatesis
hemoragik (kecenderungan mengalami perdarahan), lesi organ yang cenderung
mengalami pendarahan (tukak gastroduodenal aktif atau kejadian hemoragik
serebrovaskular pada fase akut), kelainan darah termasuk perpanjangan waktu
pendarahan, leukopenia, trombositopenia atau agranulositosis, hipersensitif
Efek Samping:
hematologi
(neutropenia, agranulositosis, aplasia sumsum tulang, trombositopenia, purpura
trombosis trombositopenia), hemoragik (memar atau ecchymosis dan epitaksis),
diare, mual, ruam kulit umumnya makulopapular atau urtikaria, pruritus,
hepatitis dan kolestatik jaundice, reaksi imunologi (edema Quincle, vaskulitis,
sindroma lupus, hipersensitif nefropati).
Dosis:
Dewasa:
2 tablet sehari, dengan makananUntuk pemasangan STENT, pengobatan dapat dimulai
sesaat sebelum dan sesudah pemasangan dan dilanjutkan selama satu bulan dengan
dikombinasikan dengan aspirin 100-25 mg/hari.
2. Antikoagulan
Mekanisme:
melarutkan bekuan darah seperti trombolotik, yang bekerja
sebagai pencegah pembentukan bekuan baru yang memiliki gangguan pembuluh arteri dan vena
a.
Heparin
Indikasi:
Trombosis vena dan embosis paru-paru.
Dosis:
Dosis harian subkuttan 35000U dalam dosis terbagi 8-12 jam
Dosis rendah mencegah thrombosis vena dalam dan tromboelisma
yang rentan
Dosis 5000U/8-12 jam.
b. Warfarin
Dosis:
Dewasa 5mg/hari selama 2-4 hari
Permasalahan:
1. Bagaimana mengatasi hemofilia?
2. Bagaimana mekanisme obat anemia?
3. Mengapa tubuh kekurangan zat besi ketika anemia padahal kita produksi darah bulan sekali secara otomatis?
Permasalahan:
1. Bagaimana mengatasi hemofilia?
2. Bagaimana mekanisme obat anemia?
3. Mengapa tubuh kekurangan zat besi ketika anemia padahal kita produksi darah bulan sekali secara otomatis?
DAFTAR PUSTAKA
Dyah, N.W.
& Sondakh, R., 2000. Hubungan
Struktur dan Proses Metabolisme Obat.
In:
Siswandono & Soekardjo, B. (Ed.), Kimia Medisinal, Jilid 1, Airlangga
University Press:Surabaya.
Gunawan, gan
sulistia. 2007.Farmakologi dan terapi
edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik:
Jakarta.
Terima kasih pemaparannya nurul saya akan menjawab pertanyaan pertama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di rsud dr soetomo surabaya.
ReplyDeleteSejauh ini, penyakit Hemofilia
belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan, sehingga seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa
Hemofilia tidak dapat disembuhkan,
hanya saja dapat dikelola dengan baik.
Hal yang paling penting yang harus
dilakukan oleh penderita Hemofilia
adalah beristirahat yang cukup dan
menghindari kegiatan fisik yang
mengandung resiko besar. Namun, jika terjadi pembengkakan atau pendarahan pada penderita Hemofilia hal pertama
yang harus dilakukan adalah RICE7
(rest, ice, compression,
elevation) Penanganan pertama jika tidak efektif, penderita Hemofilia dapat melakukan terapi Hemofilia yaitu dengan mengganti faktor pembekuan darah yang kurang melalui intravena.
Faktor pembekuan darah ini dapat
diperoleh dari beberapa produk seperti darah segar, Cryopresipitat8
, konsentrat faktor pembekuan dll
terima kasih untuk pemaparan dari yesi. tapi menurut saya berdasarkan literatur. Cara mengatasi hemofilia secara non farmakologis,
Delete1. Istirahatkan Sendi yang mengalami perdarahan diistirahatkan. Letakkan lengan ataupun kaki yang mengalami perdarahan ke atas bantal. Jangan menggerakkan persendian yang terluka atau mencoba berjalan dengan kondisi seperti ini.
2. Kompres air dingin (es) Letakkan kantung es di atas handuk basah pada bagian yang terluka. Biarkan selama lima menit. Kemudian, diamkan bagian yang terluka tanpa es selama 10 menit. Lakukan hal tersebut berulang-ulang dan selama bagian yang terluka masih terasa panas. Tindakan ini berguna untuk meringankan rasa sakit sekaligus memperlambat laju perdarahan.
3. Berikan tekanan gunakan perban elastis untuk membalut persendian yang terluka. Tekanan yang tidak terlalu keras dari perban dapat memperlambat laju perdarahan dan menyokong persendian. Gunakan cara ini pada perdarahan otot, terutama bila terjadi perdarahan pada syaraf.
4. Tinggikan Letakkan bagian tubuh yang mengalami perdarahan di tempat yang lebih tinggi dari posisi jantung. Tindakan ini akan menurunkan tekanan pada bagian yang terluka sehingga dapat memperlambat laju keluarnya darah.
Hai nurul... saya akan mencoba menjawab permasalahan no. 1
ReplyDeletelangkah mengatasi pendarahan pada hemofilia1. Istirahatkan Sendi yang mengalami perdarahan diistirahatkan. Letakkan lengan ataupun kaki yang mengalami perdarahan ke atas bantal. Jangan menggerakkan persendian yang terluka atau mencoba berjalan dengan kondisi seperti ini. 2. Kompres air dingin (es) Letakkan kantung es di atas handuk basah pada bagian yang terluka. Biarkan selama lima menit. Kemudian, diamkan bagian yang terluka tanpa es selama 10 menit. Lakukan hal tersebut berulang-ulang dan selama bagian yang terluka masih terasa panas. Tindakan ini berguna untuk meringankan rasa sakit sekaligus memperlambat laju perdarahan. 3. Berikan tekanan gunakan perban elastis untuk membalut persendian yang terluka. Tekanan yang tidak terlalu keras dari perban dapat memperlambat laju perdarahan dan menyokong persendian. Gunakan cara ini pada perdarahan otot, terutama bila terjadi perdarahan pada syaraf. 4. Tinggikan Letakkan bagian tubuh yang mengalami perdarahan di tempat yang lebih tinggi dari posisi jantung. Tindakan ini akan menurunkan tekanan pada bagian yang terluka sehingga dapat memperlambat laju keluarnya darah.
terima kasih asima, atas jawabannya. Namun, menurut nurul. berdasarkan literatur hemofilia ada beberapa macam, kemudian secara farmakologisnya, mengatasi hemofilia, seperti Pengobatan untuk Hemofilia A ringan. Pengobatan yang biasa dilakukan yaitu menggunakan suntikan lambat hormon desmopressin (DDAVP) ke pembuluh darah untuk merangsang pelepasan faktor pembekuan darah yang lebih banyak untuk menghentikan pendarahan.
DeleteHai nurul saya akan mencoba menjawab permasalahan no 3 yaitu Penyebab penyakit anemia adalah kurangnya produksi sel darah merah.
ReplyDeleteAda banyak organ tubuh yang ikut bertanggung jawab untuk membantu membuat sel darah merah. Namun, sebagian besar pekerjaan ini dilakukan di sumsum tulang. Sumsum adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk semua sel darah.
Sel-sel darah merah yang masih muda umumnya dapat bertahan antara 90 dan 120 hari. Lalu secara alami, tubuh akan menghapus sel-sel darah tua dan sudah rusak.
Proses ini semua diatur oleh hormon erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Hormon ini akan memberikan sinyal kepada sumsum tulang Anda untuk membuat lebih banyak sel darah merah.
Pada kebanyakan kasus, kekurangan sel darah merah diakibatkan oleh kadar hemoglobin yang tidak mencukupi. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel darah merah. Protein ini memberikan sel darah merah warna merah.
Terima kasih nabila, untuk jawabnnya, tetpai menurut literatur yang nurul baca, bahwa ADME adalah
DeleteAbsorpsi
Absorpsi Fe mulai saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejunum proksimal,makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk fero. Transpornya melalui sel mukosa usus terjadi secara transporaktif. Ion fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin,atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Secara umum,bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah,maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat,maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel mukosa ke sum-sum tulang eritropoesis. Eritropoesis dapat meningkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat atau hipoksia.
Pada individu normal efeisiensi Fe jumlah Fe yang diabsorpsi 5-10% atau sekitar 0,5-1 mg/hari. Absorpsi Fe meningkat bila cadangan rendah atau kebutuhan Fe meningkat. Absorpsi meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstruasi,pada wanita hamil dapat menjadi 3-4 mg/hari.kebutuhan Fe juga meningkat pada bayi dan remaja. Absorpsi dapat ditingkatan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin C, HCL, suksinat dan senyawa asam lain. Asam akan mereduksi ion feri menjadi fero dan menghambat terbentuknya kompleks Fe dengan makanan yang tidak larut. Sebaliknya absorpsi Fe akan menurun bila terdapat fosfat atau antasida misalnya kalsium karbonat,aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Fe yang terdapat pada makanan hewani misalnya daging umumnya diabsorpsi lebih mudah dibandingkan dengan makanan nabati.
Fe yang didapatkan pada hemoglobin dan mioglobin daging lebih mudah diabsorpsi karena diabsorpsi dalam bentuk utuh, tidak memerlukan pemecahan lebih dahulu menjadi elemen Fe.
Kadar Fe dalam plasma berperan dalam mengatur absorpsi Fe. Absorpsi ini meningkat pada keadaan defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe dan meningkatnya eritropoesis. Selain itu,bila Fe diberikan sebagai obat,bentuk sediaan, dosis dan jumlah serta jenis makanan dapat mempengaruhi absorpsinya.
Distribusi
Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin (siderofilin), suatu beta 1-glubolin glikoprotein, untuk kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama kesum-sum tulang depot Fe.
Jelas bahwa kapasitas pengikatan total Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total transferin plasma, tetapi jumlah Fe dalam plasma tidak selalu menggambarkan kapasitas pengikatan total Fe ini. Selain transferin, sel-sel reticulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk keperluan eritropoesis, dan juga berfungsi sebagai gudang Fe.
Metabolisme
Bila tidak digunakan dalam eritropoesis,Fe mengikat suatu protein yang disebut apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial (di hati, limpa dan sum-sum tulang). Cadangan ini tersedia untuk digunakan oleh sum-sum tulang dalam proses eritropoesis, 10% diantaranya terdapat dalam labile pool yang cepat dapat dikerahkan untuk proses ini, sedangkan sisanya baru digunakan bila labile pool telah kosong. Besi yang terdapat di dalam parenkim jaringan tidak dapat digunakan untuk eritropoesis.
Bila Fe diberikan IV,cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk feritin) dan disimpan terutama di dalam hati,sedamgkan setelah pemberian per oral terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa. Penimbunan Fe dalam jumlah abnormal tinggi dapat terjadi akibat transfusi darah berulang-ulang atau akibat penggunaan preparat Fe dalam jumlah berlebihan yang diikuti absorpsi yang berlebihan pula.
Ekskresi
DeleteJumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali biasanya sekitar 0,5-1 mg seehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang terkelupas, melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang dipotong. Pada proteinuria jumlah yang dikeluarkan dengan urin dapat meningkat bersama dengan sel yang mengelupas. Pada wanita usia subur dengan siklus haid 28 hari, jumlah ekskresi Fe yang diekskresi sehubungan dengan haid diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg sehari.
Assalamualaikum nurul,saya mencoba menjawab permasalahan no.3. Dimana pasien anemia kekurangan zat besi padahal tubuh selalu produksi zat besi. Hal ini dikarenakan,zat besi berasal dari darah. Pada pasien anemia ,terjadi kekurangan darah sehingga kekurangan zat besi pula.Zat besi diperlukan sumsum tulang untuk memproduksi hemoglobin. Tanpa adanya zat besi, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin yang cukup bagi sel darah merah.
ReplyDeleteTerima kasih imah, sangat membantu. berarti tubuh kita sangat komplek, sehingga jika kita defisiensi zat besi dapat diatasi dengan obat anemia.
Deleteterimakasih yaa nurul atas pemaparan materinya. saya ingin mencoba menyelesaikan permasalahan yang ke 2. mengenai mekanisme obat anemia. Salah satu contoh obat yang saya ambil yaitu obat anemia tablet besi. prosesnya ketika dipecah menjadi granul sampai di usus, maka Absorpsi besi dari obat tersebut terjadi di duodenum dan jejenum proksimal. Bioavailabilitas besi heme lebih besar dibandingkan besi non heme. Besi heme berasal dari proteolisis hemoglobin dan mioglobin dalam saluran cerna. Besi heme akan berikatan dengan reseptor heme (heme binding protein/HasAh) pada membran apikal enterosit melalui mekanisme endositosis ke dalam endosom atau lisosom. Oleh enzim heme oksidase, besi heme dipecah menjadi ferro dan porfirin, namun mekanisme bagimana ferro dibawa ke sitosol masih belum jelas dan diduga divalen metal ion transporter (DMT1) ikut berperan. Selanjutnya ferro disimpan dalam sitosol dalam bentuk feritin atau dibawa keluar enterosit melalui ferroportin (IRG1) ke darah dan diangkut oleh transferin plasma. Demikian nurul yang saya ketahui. terimakasih.
ReplyDeleteterima kasih paparannya yulin, berrti simplenya seperti in, pasien anemia kekurangan zat besi padahal tubuh selalu produksi zat besi. Hal ini dikarenakan,zat besi berasal dari darah. Pada pasien anemia ,terjadi kekurangan darah sehingga kekurangan zat besi pula.Zat besi diperlukan sumsum tulang untuk memproduksi hemoglobin. Tanpa adanya zat besi, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin yang cukup bagi sel darah merah. Nah, berarti obat anemia memberikan zat besi ke tubuh untuk ditransfer ke sumsum tulang belakang untuk memproduksi Hb
DeleteSelamat pagi nurul, saya akan mencoba menjawab nomor 2 ,Salah satu contoh obat anemia tablet besi prosesnyaketika dipecah menjadi granul sampai di usus, maka Absorpsi besi dari obat tersebut terjadi di duodenum dan jejenum proksimal. Bioavailabilitas besi heme lebih besar dibandingkan besi non heme. Besi heme berasal dari proteolisis hemoglobin dan mioglobin dalam saluran cerna. Besi heme akan berikatan dengan reseptor heme (heme binding protein/HasAh) pada membran apikal enterosit melalui mekanisme endositosis ke dalam endosom atau lisosom. Oleh enzim heme oksidase, besi heme dipecah menjadi ferro dan porfirin, namun mekanisme bagimana ferro dibawa ke sitosol masih belum jelas dan diduga divalen metal ion transporter (DMT1) ikut berperan. Selanjutnya ferro disimpan dalam sitosol dalam bentuk feritin atau dibawa keluar enterosit melalui ferroportin (IRG1) ke darah dan diangkut oleh transferin plasma.
ReplyDeleteSemoga membantu
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletesaya akan menjawab pertanyaan nomor 3, hal ini dikarenakan zat besi berperan dalam pembentukan hemoglobin jika zat besi kurang maka otomatis hemoglobin juga kurang maka terjadi anemia
ReplyDeleteBaiklah Nurul, saya akan coba menjawab permasalahan nomor 1. Penanganan kelainan darah ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu penanganan untuk mencegah timbulnya perdarahan (profilaksis) dan penanganan pada saat terjadi perdarahan (on-demand).
ReplyDeleteUntuk mencegah terjadinya perdarahan, penderita biasanya diberikan suntikan faktor pembekuan darah. Suntikan yang diberikan untuk penderita hemofilia A adalah octocog alfa yang dirancang untuk mengontrol faktor pembekuan VIII (8). Pemberian suntikan ini dianjurkan tiap 48 jam. Efek samping yang mungkin timbul, di antaranya adalah gatal, ruam kulit, serta nyeri dan kemerahan pada area yang disuntik. Sementara itu, penderita hemofiilia B dengan kekurangan faktor pembekuan IX (9) akan mendapat suntikan nonacog alfa. Penyuntikan obat ini biasanya dilakukan 2 kali dalam seminggu. Efek samping yang mungkin timbul berupa mual, pembengkakan pada area yang disuntik, pusing, dan rasa tidak nyaman. Suntikan untuk mencegah perdarahan ini biasanya diberikan seumur hidup, dan perkembangan kondisi pasien yang akan terus dipantau melalui jadwal pemeriksaan rutin.
Tujuan penanganan yang kedua adalah untuk menghentikan terjadinya perdarahan secara berkepanjangan. Dalam hal ini, obat yang diberikan pada saat terjadinya perdarahan hampir sama seperti obat yang diberikan untuk mencegah perdarahan Untuk menghentikan perdarahan pada kasus hemofilia A, dokter akan memberikan suntikan octocog alfa atau desmepressin. Sedangkan untuk kasus hemofilia B, dokter akan memberikan suntikan nonacog alfa. Penderita yang mendapat suntikan ini harus melakukan pemeriksaan kadar inhibitor secara teratur, karena obat faktor pembekuan darah terkadang dapat memicu pembentukan antibodi sehingga obat menjadi kurang efektif.
ternyata, hubungan sangat spesifik dengan faktor farmakokinetiknya
DeleteHai nurul saya akan mencoba menjawab, dimana pada saat anemia hemoglobin tidak dapat mengikat zat besi karena hemoglobin mengalami kerusakan sehingga tidak dapat mengikat zat besi
ReplyDelete